- Back to Home »
- konsep upah dalam pandangan islam
Posted by : Unknown
Jumat, 12 April 2013
Tenaga Kerja dalam pandangan Islam
Tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapat imbalan yang pantas.
Tenaga
kerja sebagai faktor produksi mempunyai arti yang besar. Karena semua
kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan
diolah oleh buruh. Alam telah memberikan kekayaan yang tidak terhitung,
tetapi tanpa usaha manusia semua akan tersimpan. Banyak Negara di Asia
Timur, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Selatan yang kaya akan sumber
alam tapi karena mereka belum mampu menggalinya maka mereka tetap miskin
dan terbelakang, oleh karena itu disamping adanya sumber alam juga
harus ada rakyat yang bekerja sungguh-sungguh, tekun dan bijaksana agar
mampu mengambil sumber alam untuk kepentingannya.
Al Qur’an telah memberi penekanan yang lebih terhadap tenaga manusia. Ini dapat dilihat dari petikan surat An Najm:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya.(An Najm: 39)
Semakin bersungguh-sungguh dia bekerja semakin banyak harta yang diperolehnya
“Untuk
lelaki ada bagian dari usaha yang dikerjakannya dan untuk wanita ada
bagian pula dari usaha yang dikerjakannya. (An Nisa’:32)
Siapa
yang bekerja keras akan mendapat ganjaranmasing-masing yang sewajarnya.
Prinsip tersebut belaku bagi individu dan juga Negara. Al Qur’an
menunjukkan prinsip asas tersebutdalam surat Al Anfaal:
“Demikian
itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu
nikmat yang telah dianugerahkan terhadap suatu kaum hingga kaumitu
merubah apa yng ada pada mereka sendiri dan sesungguhnyaAllah Maha
Mendengar LagiM aha Mengetahui”. Al Anfaal:53)
Tidak
ada kehidupan yang penuh dengan “kebahagiaan dan karunia” tanpa kerja
keras. Manusia hendaknya bersungguh-sungguh untuk mencapai kehidupan
yang gembira dan bahagia:
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Al Insyirah:6)
Ayat tersebut menyatakan sutu hukum alam yang meyakini suatu kesukaran itu disusul dengan kebahagiaan dan kemudahan.
B. Manusia diciptakan untuk bekerja
Al
Qur’an memberi penekanan utama terhadap pekerjaan dan menerangkan
dengan jelas bahwa manusia diciptakan di bumi ini untuk bekerja keras
untuk mencari penghidupan masing-masing:
“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia padahal dia dalam kesusahan. (Al Balad:4)
Kabad
berarti kesusahan, kesukaran, perjuangan dan kesulitan akibat bekerja
keras. Ini merupakan suatu cobaan bagi manusia yakni dia telah
diatkdirkan berada dalam kedudukan tertinggi tetapi kemajuan tersebut
dapat dicapai melalui ketekunan dan bekerja keras. Oleh karena manusia
diwajibkan berjuang gdan bersusah payah untuk mencapai kejayaan di dunia
ini, dia dijadikan kuat dari segi fisik untuk menanggulangi kesulitan
hidup:
“Kami
telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian mereka, apabila Kami
menghendaki Kami sungguhg-sungguh mengganti mereka dengan orang-orang
yang serupa dengan mereka. (Al Insan:28)
Manusia
diberi kekuatan dan ketabahan untuk menahan semua kesulitan akibat
bekerja keras dalam perjuangan untuk mencapai kemenangan dan kejayaan.
Hadits
Rasullulah s.a.w juga menekankan kepentingan buruh menurut keadaan yang
berbeda dan senantiasa memuji usaha-usaha golongan buruh menurut
keadaan yang berbeda dan senantiasa memuji usaha-usaha golongan buruh
dan pekerja yang ahli dalam pekerjaan mereka.
Rasulullah s.a.w mengingatkan:
“Allah mengasihi mereka yang berusaha dan bekerja untuk kehidupan mereka”. (HR. Ibnu Majah)
Pada
hakekatnya, seorang yang bekerja untuk hidupnya senantiasa menharapkan
keridhaan Allah dalam pekerjaanya sebagai contoh ibu Nabi Musa yang
menerima upah karena menyusukan anaknya sendiri. Walaupun orang tersebur
bekerja untuk diri dan keluarganya tapi disebabkan di bekerja dengan
bekerja dengan jujur untuk mendapatkan rahmat Allah.
Hampir
semua Rasul terpaksa bekerja untuk kehidupan mereka, sedangkan
Rasullulah s.a.w sendiri bekerja keras seperti orang lain juga. Beliau
mengembala kambing dan menasihati orang lain supaya menjalankan
pekerjaan tersebut untuk mendapatkan penghidupan mereka dan ini
merupakan suatu bukti yang jelas tentang kepentingan buruh dalam Islam:
“Tidak
ada seorangpun yang dapat mencapai kehidupan yang lebih baik melainkan
seseorang tersebut berusaha berusaha dengan tangannya sendiri (bekerja)
dan nabi Daud memakan hasil dari usaha tangannya sendiri”.(HR. Bukhari)[1]
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: “Jika
seseorang dari kamu mengambil seutas tali dan membawa pulang seikat
kayu bakar diatas pundaknya dan menjualnya itu lebih baik baginya dari
pada meminta-minta kepada orang lain”.
Rasulullah
s.a.w senantiasa menyuruh umatnya bekerja dan tidak menyukai manusia
yang bergantung kepada kelebihan saja. Diceritakan pernah terjadi
seorang Anshar meminta kepada Rasulullah s.a.w sedikit bantuan amal.
Beliau bertanya kepadanya apa dia mempunyai harta benda. Dia mengatakan
bahwa dia hanya mempunyai sehelai selimut untuk menutupi badannya dan
cawat untuk minum. Rasulullah meminta dibawakan barang tersebut. Setelah
dibawakan barang tersebut, beliau mengambilnya dan melelang kepada
orang ramai. Orang lain menawar dua dirham dan membeli barang tadi.
Rasulullah s. a. w menyerahkan dua dirham tadi kepada orang tersebut dan
menasihatinya supaya membeli sebilah kapak dengan harga satu dirham dan
juga berkata, “pergi ke hutan dan potonglah kayu dan jangan menemuiku
dalam 15 hari”. Setelah 2 minggu, kembali beliau bertanya tentang
keadaannya. Dia memberi tahu bahwa dia memperoleh 12 dirham disepanjang
waktu tersebutdan telah membeli beberapa helai pakaian. Rasulullah s.a.w
mengingatkan, “ini lebih baik dari meminta-minta dan mendapat keaiban
dihari kiamat kelak”.
Hadits
tersebut menunjukkan bahwa masa Rasulullah s. a. w dan para sahabat
beliau amat menyadari kepentingan tenaga buruh dan bagaimana mereka amat
mencintai pencarian penghidupan dengan bekerja keras.
- Bekerja mencukupi kebutuhan sendiri
Seorang
muslim secara syar’i sangat dituntut untuk bekerja karena banyak alas
an dan sebab. Ia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
Seorang muslim wajib memiliki kekuatan, merasa cukup dengan yang halal,
menjaga dirinya dari kehinaan meminta-minta, menjaga air mukanya agar
tetap jernih, dan membersihkan tangannya agar tidak menjadi tangan yang
dibawah.
Dalam sebuah hadits:
“Sungguh
seseorang yang berangkat ke gunung, membawa tambangnya, lalu memikul
seonggok kayu baker di atas punggungnya lalu, lalu di jualnya yang
dengannya Allah menjaga wajahnya, adalah jauh lebih baik baginya
daripada meminta-minta pada orang lain, mereka memberi atau menolaknya” Bekerja untuk kepentingan keluarga
Dari
ka’ab bin ’Ajrah, ia berkata, “Rasulullah s.a.w melaknati seseorang
lelaki, lalu beliau melihat kulit tangannya keras dan aktifitasnya. Para
sahabat berkata, “Wahai Rasul, jika hal ini digunakan di Sabilillah?”
Bersabda Rasul: “Jika ia keluar bekerja untuk anaknya yang masih kecil,
maka termasuk Sabilillah. Jika ia keluar untuk bekerja untuk kepentingan
kedua orang tuanya yang sudah renta, maka termasuk Sabilillah. Jika ia
keluar karena riya dan sombong, maka termasuk jalan syaithan.
- Bekerja untuk masyarakat
Jika
seseorang tidak membutuhkan bekerja untuk dirinya maupun keluarganya
karena tingkat kesejahteraan hidupnya yang baik, maka hendaknya ia mau
bekerja untuk kepentingan masyarakat dimana ia hidup(“…..Saling tolong
menolonglah kamu sekalian atas dasar kebaikan dan takwa…..” Al
Maidah:2).
Seseorang
melewati Abu Darda, seorang sahabat yang dikenal sangaat zuhud, yang
sedang menanam sebatang pohon, padahal ia sudah tua renta. Orang tadi
bertanya kepada Abu Darda: “Apakah anda menanam pohon ini padahal Anda
orang yang sudah tua renta, dan pohon ini tidak akan berbuah, kecuali
setelah sekian tahun?” Abu Darda menjawab, “Aku pasti akan mendapatkan
pahalanya, meskipun orang lain yang memakannya”.
- Bekerja untuk memakmurkan bumi
Bekerja
juga dituntut ajaran Islam untuk memakmurkan bumi. Bahkan ia merupakan
salah satu tujuan utama syari’ah Islam yang ditegakkan al-Qur’an, dan
diserukan oleh para ulama agama ini.
Diantara mereka adalah Imam Raghib Al Ashafani yang menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia karena tiga alasan.
- Memakmurkan bumi: “…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya…”.(Huud: 61)
- Ibadah kepada Nya: “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar supaya mereka menyembahKu”.(Adz Zariyat: 56)
- Menjadi khalifahNya: “….dan Allah menjadikan khalifah kepada kamu sekalian, maka Allah akan melihat perbuatan kamu sekalian”.(Al A’raaf: 129)
e. Bekerja untuk pekerjaan itu sendiri
Suatu hal yang sangat mengagumkan dalam Islam adalah adanya perintah
bekerja kepada setiap muslim, sekalipun dia sendiri, keluarganya atau
masyarakatnya tidak bias menikmati hasilnya bahkan MahlukNya. Nabi s.a.w
bersabda:
“Jika
hari kiamat datang dan pada tangan seseorang diantara kamu terdapat
sebuah bibit tanaman, jika ia mampu menanamnya sebelum datangnya kiamat
itu, maka hendaklah ia menanamnya”.
Kera
adalah sebuah symbol dari konstribusi seorang muslim yang tidak kenal
berhenti. Muslim harus selalu produktif dan memberikan sesuatu dalam
hidup ini hingga akhir hayatnya. Tidak satu pun agama, mazhab dan system
lain yang memuliakan amal usaha lebih besar seperti agama Islam ini.
C. Tenaga Kerja Kasar
Al Qur’an tidak berhenti membahas pekerjaan sebagai tenaga kerja kasar /buruh kasar dalam kisah kisah Rasul.
Nabi
daud dianggap sebagai “tukang yang mahir”, dalam Al Qur’an telah
diajarkan cara-cara membuat baju besi adan alat perang melalui firman
Allah sebagai berikut:
“Dan
kami telah melunakkan besi untuknya, buatlah baju besi yang besar-besar
dan ukurlah anyamannya dan kerjakanlah amalan yang saleh”.(As Saba’:
10-11)
Besi
dikenakan untuk Nabi Daud menunjukkan kegunaan besi yang luas oleh
manusia dsalam perang dan tujuan lain pada masa tersebut dan begitu pula
dengan kegunaan baju besi.
Nabi Nuh diperintahkan supaya membuat bahtera dalam surat Huud:
“Dan
buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan
janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu:
sesumgguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Lalu Nuh membuat
perahu”.(Huud :37-38)
D. Tenaga Kerja Terdidik
Terdapat
juga keterangan tentang tenaga ahli dalam kitab suci Al Qur’an. Sebagai
contoh adalah kisah Nabi Yusuf dengan raja mesir:
“Dan
raja berkata:”Bawalah yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai
orang yang rapat kepadaku”. Maka tatkala raja telah bercakap-cakap
dengan dia, dia berkata : “Sesungguhnya kamu mulai hari ini menjadi
seseorany yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”.
Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan Negara. Sesungguhnya aku
adalah orang yang paling pandai menjaga lagi berpengetahuan”. Dan
demikianlah kami memberikan kedudukan kepada yusuf di negeri Mesir. Kami
melimpahkan rahmat kepada siapa saja yang Kami kehendaki dan kami tidak
menyianyiakan pahala orang yang berbuat baik”.(Yusuf 54-56)